Penjualan Mobil Konvensional Turun, Brand China Kuasai Pasar Kendaraan Listrik di Jerman
Autonesian.com – Merek otomotif asal Jerman yang selama ini menjadi kebanggaan di berbagai negara, kini justru menghadapi tantangan besar di pasar domestiknya sendiri.
Tantangan tersebut bukan hanya secara teknologi dan juga terhadap penjualan mobil berbahan bakar fosil terus menurun, sementara kendaraan listrik justru tumbuh pesat.
Menariknya, lonjakan ini banyak didorong oleh masuknya brand-brand mobil listrik asal Tiongkok seperti BYD, Nio, Xpeng, hingga MG, yang semakin agresif menancapkan kuku di Eropa, termasuk Jerman.
Menurut Best Selling Cars Europe, pada paruh pertama 2025 penjualan mobil baru di Jerman turun 4,7% menjadi 1.402.789 unit.
Namun, data dari Reuters menyebutkan penjualan kendaraan listrik justru naik hingga 35%, dengan total 248.726 unit, dan kini menguasai 17,7% pangsa pasar.
Tren ini menjadi sinyal baru bahwa konsumen Jerman semakin cepat beralih ke mobil listrik, meski produsen lokal masih berjuang menyeimbangkan portofolio.
Pada kuartal pertama 2025, total registrasi mobil baru turun 4,3%, tetapi mobil listrik murni (BEV) justru melonjak 35,5% dengan 112.968 unit, atau 16,8% pangsa pasar.
Sementara itu, merek tradisional seperti Mercedes-Benz tetap mencatatkan penjualan global besar, yakni 446.300 unit pada Q1 2025 menurut German Car Forum, tetapi dominasi mereka di pasar domestik mulai terancam.
Masuknya brand Tiongkok dengan harga kompetitif dan teknologi baterai lebih terjangkau membuat produsen Jerman seperti Volkswagen, BMW, dan Audi harus bergerak lebih cepat.
Jika tidak, pangsa pasar mereka bisa terus tergerus. Bahkan menurut laporan Nation Thailand, industri otomotif Jerman kehilangan hingga 50.000 tenaga kerja di paruh pertama 2025, sementara pendapatan sektor ini turun 1,6% dibanding tahun sebelumnya.
Adapun menurut MarkLines, meski pada September 2025 penjualan mobil baru naik 12,8% YoY menjadi 235.528 unit, secara akumulatif penjualan selama sembilan bulan pertama hanya 2.110.348 unit, turun 0,3% dibanding 2024.
Dengan kondisi ini, kehadiran brand EV asal Tiongkok bukan hanya menjadi pesaing baru, tapi juga ancaman serius bagi dominasi produsen lokal.
Jika tren ini berlanjut, dalam beberapa tahun mendatang peta otomotif Jerman bisa berubah drastis, dengan mobil listrik asal Tiongkok menguasai jalanan yang selama ini identik dengan “Made in Germany”.
GIPHY App Key not set. Please check settings