BBM Satu Harga Pertamina Tercatat Telah Mencapai 269 Titik

stok bbm lpg pertamina covid-19 virus corona

Ilustrasi operator Pertamina sedang melakukan pengisian BBM kepada konsumen. Foto : Tri

Autonesian.com – Sejak tahun 2017 kebijakan BBM Satu Harga hadir bagi masyarkat Indonesia seluruh wilayah, PT Pertamina (Persero) kembali melanjutkannya untuk memberikan akses energi dengan harga yang sama.

Sampai tahun 2020, Pertamina telah melaksanakan amanah pemerintah dengan mengoperasikan sebanyak 243 titik BBM Satu Harga yang tersebar di seluruh Indonesia. Sebelumnya, harga Penugasan Premium dan Solar Subsidi di 243 titik ini beragam mulai dari Rp 8.000 per liter hingga Rp 100.000 per liter di Indonesia timur.

“BBM Satu Harga merupakan komitmen Pertamina dalam mewujudkan pemerataan energi untuk memenuhi kebutuhan masyarakat,” jelas Corporate Secretary PT Pertamina Patra Niaga, Sub Holding Commercial & Trading PT Pertamina (Persero), Putut Andriatno.

Putut juga mengharapkan dengan Hadirnya BBM Satu Harga dapat mempermudah akses energi dan harga yang terjangkau sehingga dapat mendorong produktivitas dan pertumbuhan ekonomi daerah.

Pada 2021, Pertamina melalui Sub Holding Commercial & Trading kembali dipercaya akan siap mengoperasikan 76 titik BBM Satu Harga tambahan untuk mewujudkan energi berkeadilan. Hingga 17 Mei 2021, pihaknya menjadwalkan akan siap uji operasi sebanyak 26 titik BBM Satu Harga yang berarti hingga saat ini total sudah mencapai 269 total titik siap melayani masyarakat.

“Selama pandemi Pertamina terus bergerak mendorong percepatan pembangunan titik BBM Satu Harga. Koordinasi dan survei untuk titik target BBM Satu Harga juga terus kami lakukan agar target kami 500 titik BBM Satu Harga di tahun 2024 dapat tercapai. Pertamina juga terus berkomitmen mendistribusikan energi ke titik BBM Satu Harga yang sudah beroperasi sesuai dengan kebutuhan masyarakat,” tambah Putut.

Dalam menyalurkan energi ke titik BBM Satu Harga, pihaknya juga turut menggunakan seluruh moda transportasi yang paling optimal baik darat, udara, laut atau sungai maupun kombinasi dari seluruh moda tersebut.

Selain itu, pihaknya khususnya pada manajemen penyaluran energi juga sangat turut diperhatikan sebagai antisipasi agar energi di BBM Satu Harga selalu tersedia di seluruh wilayah Indonesia.

Selain kondisi geografis yang beragam, waktu tempuh yang lama juga menjadi tantangan tersendiri dalam proses distribusi. Wilayah 3T (Terdepan, Tertinggal, Terluar) memiliki karakteristik yang berbeda-beda.

Pengiriman BBM di Ilaga, Papua, harus menggunakan pesawat air tractor yang mengangkut 2.500 liter sekali jalan, karena lokasinya berada di ketinggian 2.280 meter dari permukaan laut.

Penggunaan jalur udara juga dilakukan sebelum menggunakan jalur darat untuk mendistribusikan BBM di Krayan dan Semaring, Kalimantan Utara, yang terletak di perbatasan Malaysia.

Sementara itu di Paniai, Papua, awak mobil tangki harus melewati medan berat sejauh 300 kilometer dan menyeberang ke Dermaga Obano. Dibutuhkan waktu 13 jam perjalanan jika cuaca sedang bersahabat.

Jarak tempuh yang panjang dan lama juga ditemui dalam distribusi di Mentawai, Sumatera Barat. Kondisi laut dan cuaca sangat menentukan waktu tempuh sekitar 12-18 jam agar BBM bisa sampai dan dinikmati masyarakat Kecamatan Tuapejat.

Kondisi berat dan penuh tantangan ini tak membuat Pertamina surut. “Kami akan terus melanjutkan amanah ini. Tugas Pertamina adalah memastikan ketersediaan dan akses energi yang terjangkau bagi masyarakat. Pertamina adalah energi untuk melayani,” tutup Putut.

Exit mobile version